Kenapa Dilarang Nikah di Bulan Suro? Ini Alasannya

Bukan hanya malam Satu Suro saja yang banyak pantangannya, tetapi selama bulan Suro pun banyak pantangan. Pantangan memang sebagai upaya pengendalian diri untuk mencapai sesuatu niat atau keinginan. 
Bagi suku Jawa, hal-hal yang menyangkut pantangan itu sangat banyak. Pantang ini pantang itu, tidak boleh ini tidak boleh itu. Macam-macam. 
Dalam masyarakat Jawa memang sering muncul pertanyaan, kenapa merayakan pernikahan atau pun khitan,  atau yang orang jawa bilang duwe gawe (punya acara) tidak diperbolehkan pada bulan Muharram. 
Padahal bulan Muharram itu termasuk dari salah satu dari bulan-bulan yang mulia, selain Rajab,  Dzulqa’dah dan Dzulhijjah. 
Menurut kitab fathul jare,  maksudnya cerita dari mulut ke mulut,  kalau Muharram  atau dalam bahasa Jawa dikenal dengan bulan Suro itu identik dengan klenik. 
Lihat saja, dulu bulan Suro dikaitkan dengan kemunculan Nyai Loro Kidul.  Banyak upacara-upacara digelar di bulan ini, misalnya sedekah bumi,  larung atau  menghanyutkan sesajen ke laut yang dipersembahkan untuk Nyai loro kidul, mencuci keris. 
 Keris di sini bukan sembarang keris,  tetapi keris keramat. Nah itulah alasan yang selama ini yang mampir di telinga. Dan parahnya lagi ada orang yang akhirnya takut  duwe gawe di bulan ini karena takut celaka.
Tetapi, kembali ke pertanyaan, kenapa bulan Suro banyak pantangan? Setelah diselidiki, ternyata alasannya yaitu para sesepuh dan  para kyai Jawa  yang melarang untuk duwe gawe di bulan Suro itu bukan karena berhubungan dengan klenik,  tetapi karena beliau-beliau  sangat menghormarti bulan Suro. 
Kita tahu bahwa pahala melakukan kebaikan di bulan Suro itu dilipatgandakan demikian juga ketika kita melakukan keburukan.  
Nah orang zaman dulu kalau duwe gawe,  tak lepas dari menanggap tayup,  dangdutan,  dan tentu hal itu bisa menimbulkan maksiat.  Karena itu, untuk menghindari itu semua,  para ulama melarang duwe gawe di bulan tersebut. 
Di samping itu, dalam bulan Suro,  itu bulan prihatin bagi nabi,  pada bulan itu nabi mulai hijrah dari kota Makkah ke Madinah.  Nabi Muhammad bersama sahabatnya harus berjalan sejauh kurang lebih 300km.
Tentu pada saat itu tidak seperti sekarang.  Jika lapar sepanjang jalan telah berderet warung dan kita tinggal pilih  mau makan apa, minum apa.  Tetapi  ini padang pasir.  Berhari hari nabi dan sahabatnya berjalan menuju Madinah. 
Tentu saja betapa beratnya perjalanan itu, sehingga dengan mengingatnya sebagai bulan penuh pengorbanan. Sehingga, pagelaran pesta nikah pada bulan Suro dianggap kurang pas dengan makna dan inti sari dari bulan Suro itu. 
Dan itulah kenapa para sesepuh Jawa dan para kyai, khususnya di Jawa selalu melarang  dalam bahawa Jawa, duwe gawe di bulan itu. 
Jadi, apakah di bulan Suro kita boleh mengadakan pesta pernikahan atau pun khitan?  Jawabannya, tentu saja boleh, asal tidak mengundang kemaksiatan, demi tetap menghormati bulan yang mulia ini.
Artinya, jika mengadakan pernikahan di bulan itu, diharapkan tidak berfoya-foya, makan minum sepuas-puasnya tanpa memikirkan kalau di bulan itu adalah bulan yang penuh pengorbanan dan perjuangan.
#megapurbaya #weddingorganizer #weddingidaman #weddingmurah #weddingkeren #weddingsidoarjo #weddingsurabaya #weddingsidoarjomurah #weddingsurabayamurah #weddingistimewa #weddingbahagia #weddingku #weddingterindah #dekorasiwedding #dekorasimurah #dekorasiweddingmurah #dekorasikeren #dekorasilucu #dekorasiidaman #dekorasipelaminan #dekorasitenda #dekorasitendasidoarjo #dekorasitendasurabaya #persewaanpesta #persewaantendapesta #persewaanmegapurbaya #resepsipernikahan #pernikahantradisional #pernikahanmodern #prewedding #weddingphoto #persewaankursiplastik #coverkursi #persewaanpanggung #persewaansoundsystem #tendabunga #desaintendapernikahan #persewaanalatpestasidoarjo

Share:

0 komentar