Keseruan Prosesi Arak-arakan Pengantin Lampung dalam Upacara Ngekuruk
Pengantin Wanita Menari
Upacara Ngekuruk atau Ngurukken
Majeu merupakan prosesi pernikahan adat Lampung yang digelar pasca
kedua mempelai resmi menjadi sepasang suami-istri secara agama. Berbeda dengan
tempat pernikahan dalam adat Jawa, pada tradisi Lampung pesta justru digelar di
rumah mempelai pria. Meskipun seiring berkembangnya zaman, sudah banyak pula
pernikahan dalam tradisi Lampung yang dilaksanakan di rumah mempelai wanita.
Prosesi upacara ngekuruk dimulai
dengan acara arak-arakan pengantin wanita akan beserta rombongan keluarga
menuju rumah mempelai pria. Lalu pengantin pria akan memegang tombak bersama
pengantin wanita dibelakangnya. Bagian ujung tombak yang dipegang pengantin
pria digantungi kelapa dan kendi berkepala dua.
Kelapa memiliki makna panjang umur
dan memeroleh keturunan, sementara kendi bermakna setia sampai akhirat.
Sementara ujung tombak lainnya digantung labayan putih atau benang berukuran
satu tukal atau 1/16 bantal yang menjadi simbol membangun rumah tangga yang
sakinah dan mawadah.
Alunan Talo Balak
Sesampainya di rumah pengantin pria,
rombongan pengantin akan disambut dengan tabuhan talo balak. Musik yang terdiri
dari instrumen kulitang, gung, gujih, canang,
dan talo ini lazim digunakan dalam upaca pengambilan gelar
adat tertinggi. Dalam prosesi pernikahan adat Lampung, tabuhan talo balak ini
akan dimainkan untuk menyambut pengantin. Saat musik dimainkan seorang ibu juga
akan menaburkan beras kunyit yang dicampur uang logam.
Setelah itu, pengantin wanita
mencelupkan kedua kaki ke dalam wadah tanah liat beralas talam kuningan yang
disebut pasu. Wadah tersebut sudah diisi air, anak pisang batu,
kembang titew, daun sosor bebek, dan kembang tujuh rupa. Isi pasu ini
menjadi perlambang keselamatan dan harapan akan rumah tangga yang adem ayem.
Kemudian prosesi dilanjutkan dengan
membimbing kedua mempelai oleh mertua perempuan untuk duduk di atas kasur usut
yang digelar di depan kamar tidur utama. Mereka akan diminta duduk bersila dengan
posisi lutut kiri mempelai pria menindih lutut mempelai wanita. Posisi ini
bermakna supaya kelak pengantin wanita patuh pada suaminya.
Siger pengantin wanita yang megah
itu, kemudian diganti dengan kanduk riling atau manduato,
sejenis selendang dililitkan di kepala, lalu dilanjutkan dengan serangkaian
prosesi berikut :
1.Ibu mempelai pria menyuapi kedua
mempelai dilanjutkan nenek serta tante. Kemudian, ibu mempelai wanita menyuapi
kedua mempelai, diikuti sesepuh lain.
2. Kedua mempelai makan sirih dan
bertukar sepah.
3. Istri kepala adat memberi gelar
kepada kedua mempelai, menekan telunjuk tangan kiri di atas dahi kedua mempelai
secara bergantian sambil berkata “sai, wow, tigou, pak, limau, nem, pitew,”adekmu
untuk mempelai pria Ratu Bangsawan, untuk mempelai wanita adekmu Ratu Rujungan.
4. Netang sabik, mempelai
pria membuka rantai yang dipakai mempelai wanita sambil berkata : Nyak
natangken bunga mudik, setitik luh mau temban jadi cahyo begito begiku, lalu
dipasangkan di leher adik perempuannya dengan maksud agar segera mendapatakan
jodoh.
5. Kedua mempelai menaburkan kacang
goreng dan permen gula-gula kepada gadis – gadis lain agar mereka segera
mendapat jodoh.
6. Seluruh anak kecil yang hadir
diperintahkan merebut ayam panggang dan lauk pauk lain sisa kedua mempelai
dengan maksud agar segera mendapat keturunan.
0 komentar