Prosesi Mekala-kalaan dalam Pernikahan Adat Bali


Mengawali kehidupan sebagai pasangan suami isteri dengan kesucian. Itulah sebabnya, upacara Madengen-dengen atau Mekala-kalaan yang memiliki makna dan tujuan ‘membersihkan dan menyucikan’ kedua mempelai merupakan bagian terpenting dalam rangkaian upacara pernikahan Adat Bali. Upacara ini juga merupakan wujud pesaksian ikrar suci pasangan pengantin di hadapan Tuhan disaksikan para kerabat dan masyarakat.
Dipandu oleh Balian atau Pemangku, maka kedua mempelai dipimpin ke tempat upacara, melakukan upacara sesuai dengan tata cara menurut Hindu Bali. Mekala-kalaan secara simbolis bertujuan untuk membersihkan mempelai dari pengaruh energi negatif. Sejatinya, makna upacara Mekala-kalaan adalah suatu pengesahan perkawinan kedua mempelai melalui proses penyucian, baik penyucian jasmani maupun rohani, untuk memasuki kehidupan berumah tangga menuju keluarga bahagia dan sejahtera.
Bunyi genta dari tangan sang Pendeta menandakan dimulainya ritual upacara pernikahan, diiringi dengan kidung pernikahan yang dinyanyikan oleh warga Banjar, menghadirkan nuansa amat sakral. Bau wangi dari asap dupa mengiringi khidmat pasangan pengantin yang menerima percikan air suci dari sang pemimpin upacara. Komitmen pasangan pria dan wanita untuk kehidupan berumah tangga di sinilah bermula.
Peralatan Upacara Mekala-kalaan, Dalam prosesi ini, terdapat beberapa peralatan yang harus dihadirkan. Antara lain:
Tikeh Dadakan
Sebuah tikar kecil yang dibuat dari daun pandan muda, melambangkan kesucian mempelai wanita.
Kala Sepetan
Berupa bakul berisi telur ayam, batu bulitan, kunir, keladi atau talas, andong kemudian ditutupi dengan serabut kelapa dibelah tiga, diikat benang tridatu dan di dalam serabut diisi sebuah kewangen (sarana untuk sembahyang) terdiri dari daun dibentuk contong kecil panjang diisi daun sirih, jambe, bunga harum, kapur, dua kepeng serta diberi hiasan janur.
Tege-tegenan
Berupa sebuah cangkul, sebatang tebu, dan cabang ranting dadap serep di manan seluruhnya diikat diisi sasap (terbuat dari janur), pada ujung satunya digantungkan sebuah periuk tanah, sedangkan ujung satunya lagi digantungi bakul berisi 225 uang kepeng.
Sok Pedaganan
Merupakan sebuah bakul berisi beras, bumbu-bumbuan, pohon kunir, keladi dan andong (yakni tanaman hias berdaun merah, bentuknya panjang).
Panegteg
Adalah tiang untuk pemujaan keluarga dihias dengan kain putih dan kuning.
Pepegatan
Berupa dua buah cabang pohon dadapsrep ditancapkan agak berjauhan di area upacara, keduanya dihubungkan oleh benang putih terbuat dari kapas.
Tetimpug
Berupa tiga buah bumbu mentah yang masih ada kedua ruasnya, diberi minyak kelapa dan diisi sasap terbuat dari janur. Bambu ini akan dibakar sebelum memulai upacara sehingga terdengar bunyi letusan tiga kali.
Urutan Prosesi Mekala-kalaan. Berikut urutan prosesi yang harus dilakukaan saat melakukan Mekala-kalaan:
Menyentuhkan Kaki pada Kala Sepetan
Pasangan mempelai berjalan mengiringi sanggar pesaksi, kemulan dan penegteg sebanyak tiga kali putaran. Kedua mempelai menyentuhkan kakinya pada kala Sepetan. Pada ritual ini, mempelai pria memikul tegen-tegenan, sedangkan pengantin wanita menjunjung bakul pedagangan. Ini merupakan simbolisasi untuk membersihkan dirinya terutama sukla swanita mereka.
Jual Beli
Mempelai pria berbelanja, sementara pengantin wanita menjual segala isi dagangan yang ada dalam bakul yang dijanjikan. Upacara jual beli yang dilakukan antara kedua mempelai merupakan simbolisasi bahwa kehidupan rumah tangga suami isteri saling memberi dan mengisi dan akhirnya tercapailah keinginan dan tujuan kehidupan keluarga yang sejahtera.
Menusuk Tikeh Dadakan
Seusai prosesi jual beli, berlanjut dengan ritual pengantin pria dengan kerisnya menusuk atau merobek tiker kecil terbuat dari anyaman daun pandan muda (tikeh dadakan) yang dipegang mempelai wanita.
Bila ditinjau dari sisi spiritual, anyaman tiker kecil pandan merupakan simbolisasi kekuatan Sang Hyang Prakerti (kekuatan Yoni); semsecara keris adalah simbolisasi dari kekuatan Sang Hyang Purusa (kekuatan Lingga) dari pengantin pria.
Memutuskan Benang
Rangkaian prosesi dilakukan dengan menanam kunyit, keladi/ talas, dan andong di belakang merajan/ sanggah (tempat sembahyang yang keluarga); kemudian dilanjutkan dengan memutuskan benang putih yang terentang pada cabang dadap (papegatan).
Ritual menanam adalah suatu simbol untuk menanam bibit untuk melanggengkan keturunan keluarga. Memututs benang putih bermakna bahwa kedua mempelai telah melampaui masa remajanya, dan kini memasuki kehidupan baru sebagai suami isteri.

Share:

0 komentar